Minggu, 17 Juli 2016

Penjabat Bupati Lanny Jaya Jadi Tersangka Korupsi


 Berhati-Hati-------------------

Kejaksaan Tinggi Papua menetapkan penjabat Bupati Lanny Jaya, Papua, John Way, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana pemilihan umum kepala daerah senilai Rp 12,4 miliar. Kasus ini juga diduga melibatkan lima pejabat di lingkungan pemerintah daerah setempat.
"Ketua KPU Lanny Jaya Abenius Wenda dan Sekretaris KPU Esben Wakerkwa telah kami tahan dan dititipkan di Rutan Polda Papua hari ini," kata Kepala Kejaksaan Tinggi Papua Leo R.T. Panjaitan di Jayapura kemarin.
Sedangkan John hingga kini belum ditahan. Dia masih dicari pihak Kejaksaan bersama tiga pejabat lainnya. "Dana pemilukada ini dihabiskan dari kas daerah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan," kata Leo. Mereka, Leo melanjutkan, akan dijerat Undang-Undang Korupsi dengan ancaman hingga 20 tahun penjara.
Dengan ditetapkannya John sebagai tersangka, pihak Kejaksaan akan segera mengirim surat kepada Gubernur Papua Barnabas Suebu agar dapat memilih pengganti John. "Surat itu, bertujuan agar penangkapan John Way tidak mengganggu proses pemilukada kabupaten setempat. Dia kan caretaker bupati yang tugasnya mengawal pemilukada," ujar Leo. Dia berharap Gubernur bisa memilih pengganti John.
Sementara itu, KPU Papua optimistis pemilukada di Kabupaten Lanny Jaya tak terpengaruh oleh penangkapan ketua dan sekretaris KPUD oleh Kejaksaan Tinggi karena dugaan korupsi tersebut.
Anggota KPU Papua, Hasjim Sangadi, mengatakan pemungutan suara pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lanny Jaya tetap akan dilaksanakan pada 24 Juni mendatang. "Kami akan mengirim satu anggota kami ke Lanny Jaya untuk menggantikan sementara posisi Ketua dan Sekretaris KPU yang sedang dalam proses hukum."
KPU Papua yakin, dengan mengirim satu anggota ke Lanny Jaya, maka proses pemilukada tetap berjalan normal. "Jadi, empat orang bisa pleno, sebab syarat pleno minimal dihadiri empat anggota. Saat ini surat suara sudah ada. Kalau terlambat, akan menjadi masalah lagi," katanya. CUNDING LEVI
Sumber: Koran Tempo, 11 Juni 2016

Selasa, 10 Mei 2016

Projeck (PMB BBI) Pendidikan Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu yang dilakukan oleh Tim Program PMB-BBI dari SIL Internasional Indonesia yang berlangsung di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya.


Ketua Tim Program PMB-BBI dari SIL Internasional Indonesia, Dr. Joost Pikkert saat memberikan pemahaman kepada 30 guru PAUD yang ada di Distrik Kuyawage, Lanny Jaya – Jubi/Roy Ratumakin.
Jayapura, Jubi – Sebanyak 30 guru dididik Program Pendidikan Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu (PMB-BBI) yang dilakukan oleh Tim Program PMB-BBI dari SIL Internasional Indonesia yang berlangsung di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya.
Dimana, 13 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Lanny Jaya akan menjadi pilot projek penerapan PMB-BBI. Awalnya anak-anak mulai belajar menggunakan bahasa ibu di kelas-kelas awal dan kemudian secara bertahap belajar menggunakan bahasa Indonesia secara keseluruhan.
Ketua Tim Program PMB-BBI dari SIL Internasional Indonesia, Dr. Joost Pikkert kepada Jubi, Kamis (25/2/2016) di Kuyawage mengatakan, pihaknya akan mengajar anak-anak di Distrik Kuayawage yang menjadi pilot projek awal bagaimana belajar dengan menggunakan bahasan ibu mereka (bahasa Lani-red) karena secara psikologis anak-anak belum siap belajar bahasa lain di luar.
“PAUD dan SD di sini merupakan pertama kali di Indonesia yang menerapkan pembelajaran menggunakan bahasa ibu. Kami berharap semuanya berjalan dengan baik, karena anak-anak di sini kemampuan mereka tidak sama dengan anak-anak di kota,” katanya.
Pikkert mencontohkan, anak kelas lima di Kuyawage kemampuannya sama dengan anak kelas dua di Kota. Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Papua menerapkan PMB-BBI untuk anak-anak di sana agar bisa bersaing dengan anak-anak kota lainnya.
“Memang sulit, tetapi kami harus memulainya. Di Kuayawage, hampir 65 persen guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di kelas dan hanya 20 persen guru yang menggunakan bahasa Lani dan mudah dipahami secara umum,” ujarnya.
Pikkert menambahkan, selama empat hari mendatang pihaknya akan memberikan workshop kepada sedikitnya 30 guru PAUD dan SD untuk bagaimana menggunakan kurikulum yang sudah ada, namun menurutnya kurikulum ini masih dalam tahap uji coba.
“Daerah ini sangat terisolir dan sering dilupakan. Kami harap dengan program yang menggunakan dua bahasa (bahasa Lani dan Indonesia-red) dapat menjadi jembatan untuk daerah lain selain Kabupaten Lanny Jaya,” katanya.
Program tersebut juga akan berlanjut selama lima tahun, dimana mulai dari PAUD hingga ke tingkat SD. “Kami berharap, selama empat hari kedepan kami dapat berinteraksi dengan masyarakat setempat dan juga guru-guru bagaimana menggunakan kurikulum yang sudah disiapkan, sesudah itu kami akan mengikuti para guru untuk mengimplementasikan apa yang mereka dapatkan dalam workshop ini terhadap anak didiknya di setiap PAUD yang ada di Lanny Jaya,” ujarnya.
Dijelaskan, memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyukseskan program tersebut karena dari letak geografis dari satu PAUD ke PAUD yang lain cukup jauh yang hanya ditempuh dengan jalan kaki. “Paling jauh kami harus berjalan kami itu sampai 9-12 jam perjalanan. Kalau paling jauh, kami harus menginap dijalan,” katanya.
Di tempat yang sama Kepala Bidang PAUD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua, Desman Kogoya mengatakan, kegiatan ini merupakan yang pertama kali di lakukan di Papua dan Distrik Kuayawage rupakan distrik pertama dilakukannya pengajaran berbasis bahasa ibu.
“Terdapat bukti-bukti menarik yang menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat membantu meningkatkan partisipasi siswa, menekan angka putus sekolah, dan meningkatkan pembelajaran dalam kurikulum, sehingga mendorong efisien pendidikan serta mencegah punahnya keanekaragaman bahasa dan budaya di Papua,” katanya.
Desman berharap apa yang menjadi program pemerintah yang bekerja sama dengan pihak SIL Internasional Indonesia dapat berjalan dengan lancar sehingga membangun SDM Papua khususnya anak-anak Kuyawage lebih baik lagi kedepannya.
“Kita harus terus mendukung program-program strategis seperti ini, sebab pendidikan tingkat PAUD dan SD adalah kunci peningkatan SDM Papua kedepan,” ujarnya. (Roy Ratumakin)

Rabu, 27 April 2016

Dana Desa Untuk Lanny Jaya Sudah Cair







 



Sekda Lanny Jaya, Christian Sohilait – Jubi/Islami
Jayapura, Jubi – Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lanny Jaya, Christian Sohilait mengaku dana desa tahun anggaran 2015 dari pemerintah Pusat melalui Kementerian Desa untuk daerahnya sudah cair.
Pencairan dana desa tahap pertama, selain akan diperuntukkan bagi operasional desa dan kelembagaan, juga rencananya akan digunakan untuk tahap-tahap persiapan pengerjaan infrastruktur.
“Dana desa sudah ditransfer ke Kas Daerah, namun saya lupa angkanya berapa,” kata Christian Sohilait, di Jayapura, Papua, Selasa (7/7/2015).
Menurut ia, Kabupaten Lanny Jaya merupakan salah satu dari lima daerah yang melengkapi persyaratan pencairan dana desa di Kementerian Desa. “Jadi, SK Bupati, SK kepala kampung dan rekening kampung sudah kami lengkapi semua,” tambahnya.
Ia katakan, jumlah kampung di Lanny Jaya sebanyak 230 kampung dan 39 distrik, dan dana desa per kampung paling rendah Rp470 juta dan tertinggi Rp900 juta.
Untuk mengawal penggunaan dana desa, lanjut Sohilait, Pemerintah Kabupaten Lany Jaya membuat kebijakan dengan mengirim semua PNS yang baru diangkat (2014) ke kampung-kampung untuk membantu masyarakat dalam menyusun program, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan.
“Kami memang sudah diberitahukan kalau Kementerian Desa akan turunkan pendamping, tetapi untuk mengantisipasi kami kirim PNS yang baru diangkat ke kampung-kampung,” kata Christian.
Sebelumnya, Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat di Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian Dalam Negeri Aferi Syamsidar Fudail mengatakan dana desa akan diberikan kepada kampung kampung yang sudah memiliki kode.
“Intinya desa atau kampung yang mendapatkan anggaran berdasarkan UU adalah desa atau kampung sudah memiliki kode,” kata Aferi Syamsidar Fudail.(Alexander Loen)